Explore Lawang Sewu, Yuk Temans….

Hai…hai…hai…temans, kamu sudah pernah mampir ke Lawang Sewu Semarang, Jawa Tengah belum?
Kalo saya beberapa kali ke kota Semarang ini belum sempat mampir ke Lawang Sewu. Padahal bangunan bergaya arsitektur kuno yang terletak terletak di bundaran Tugu Muda, yang dahulu disebut Wilhelminaplein cukup memikat buat saya pribadi dan mungkin banyak wisatawan lainnya.

Sejumlah cerita tentang hal misterius sempat saya dengar dan cukup membuat saya antara penasaran apa iya begitu ceritanya dan rasa rada takut sii…hehehe…..Baiklah….Bismillahirrohmanirrohim….saatnya saya dan keluarga mencoba explore salah objek wisata di kota Semarang ini. Lawang Sewu…Ikuti cerita kami ya temans.

Kami tiba di area Lawang Sewu, tepat pukul 15.00 WIB dan hujan gerimis. Datang ke sana di saat musim liburan, ternyata jalanan cukup padat dengan kendaraan dan agak susah mencari parkiran. Yes…akhirnya dapat parkiran di samping area Lawang Sewu dan karena gerimis, kita berlarian masuk ke halaman gedung tersebut…ready to explore Lawang Sewu.

Lawang Sewu, Sebuah bangunan bersejarah bergaya arsitektur kuno yang dibangun oleh Belanda merupakan kantor dari Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS. Gedung yang dibangun pada tahun 1904 dan selesai pada tahun 1907. Setelah masa kemerdekaan kemudian digunakan sebagai kantor Djawatan Kereta Api RI dan kini dikelola PT KAI.

Untuk masuknya, di halaman depan kami membeli tiket dewasa seharga Rp10.000,00,- dan tiket untuk anak-anak seharga Rp. 5.000,00,- Sebelum masuk ke dalam bangunan yang tampak megah dan terawat ini, saya menengok keatas dan tampak dua buah menara berbentuk cerutu mengapit bangunan tersebut dan atapnya terlihat seperti perahu terbalik. Bangunan yang tampak gagah dan mempesona rupanya menarik minat pengunjung untuk ber swa foto di setiap sudut bangunan, terlihat juga pasangan yang melakukan sesi foto pre wedding.

Kami mencoba untuk berkeliling ke seluruh area.mulai dari halaman depan kami disambut dengan lokomotif yang sudah tidak lagi digunakan dan dijadikan spot foto oleh para pengunjung.

Salah satu spot foto yang juga kerap dijadikan spot foto adalah barisan pintu yang tampak berjajar apik. Ada juga lorong panjang yang terlihat simetris.

Selanjutnya di lantai 1 kami disuguhkan dengan berbagai macam koleksi kereta api, sejumlah gambar, wallpaper, serta tulisan mengenai kereta api lengkap dengan catatan sejarahnya. Terdapat juga koleksi miniature lokomotif kereta api zaman dulu yang menggunakan mesin uap, mesin ketik dan mesin telegram.

Dan di lantai 2 tampak jendela kaca warna-warni, tepatnya disebut kaca patri. Nah…katanya kaca tersebut langsung didatangkan langsung dari Belanda. Wow…..

Bangunan gedung Lawang Sewu memiliki ruang bawah tanah, konon katanya dahulu digunakan sebagai tempat penyiksaan tahanan. Saat ini, ruang bawah tanah sudah ditutup.

Saya sebenarnya penasaran banget dengan jumlah pintunya….apa beneran ada seribu…sesuai dengan namanya Lawang Sewu…jadi pengen ngintungin pintu..tapi kan banyak banget…..hehe. Lawang Sewu berasal dari Bahasa Jawa yang artinya Pintu Seribu. Lawang bila diartikan menjadi Pintu dan Sewu artinya Seribu.

‎”Kalau jumlah blok pintu itu ada 450. Tapi kalau dihitung daun pintunya, yang di masing-masing pintu ada 4 daun pintu atau 3 daun pintu. jumlah totalnya 928 daun pintu, ya hampir seribu,” ujar salah seorang petugas yang kami temui di sana, Sabtu (21/12/2019).

Sejak tanggal 5 juli 2011, Lawang Sewu resmi dibuka menjadi destinasi wisata cagar budaya. Jam operasional Lawang Sewu setiap hari pukul 07.00 hingga 21.00. Saat kami beranjak meninggalkan area LAwang Sewu, menjelang magrib, lampu-lampu mulai dinyalakan.Hmm….Kalo wisata ke sana malam hari, kelihatannya akan lebih menarik, karena bangunannya terlihat lebih cantik dengan tambahan lampu dan suasana sahdunya,tapi…kamu berani temans??