Begini Cara Kendalikan Emosi yang Dianjurkan dalam Islam

Berbagai kondisi dan permasalahan yang datang silih berganti dan terasa menghimpit sering kali membuat diri kita menjadi begitu mudah terpancing emosi, bahkan terkadang sampai meluap-luap dan cenderung tidak terkendali yang berakibat merugikan diri sendiri.

Sebagai manusia merupakan hal yang wajar jika kita memiliki emosi, tetapi perlu diingat bahwa kita pun harus mampu mengendalikan emosi agar tidak meluap secara berlebihan.

لا تغضب ولك الجنة

“Jangan marah, bagimu surga.” (HR. Thabrani dan dinyatakan shahih dalam kitab shahih At-Targhib no. 2749)

Begini Cara Mengendalikan Emosi Menurut Islam, simak ya

Pertama, membaca ta’awudz, A-‘UDZU BILLAHI MINAS SYAITHANIR RAJIIM untuk memohonkan perlindungan kepada Allah SWT

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila seseorang marah, kemudian membaca: A-‘udzu billah (saya berlindung kepada Allah) maka marahnya akan reda.” (Hadis shahih – silsilah As-Shahihah, no. 1376)

Kedua, Jaga Lisan dan diam

Saat emosi sedang menguasai diri kita, tentu kita akan keluarkan dengan tanpa aturan, apasaja diucapkan untuk memuaskan hawa nafsu semata. Jaga lisan dan diam adalah merupakan cara terbaik untuk menghindari perkataan yang tidak sepatutnya.

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْكُتْ

“Jika kalian marah, diamlah.” (HR. Ahmad dan Syuaib Al-Arnauth menilai Hasan lighairih).

Ketiga, tempatkan tubh pada posisi lebih rendah

Orang marah biasanya selalu ingin pada posisi yang lebih tinggi, karena  dengan posisi lebih tinggi, dia bisa melampiaskan amarahnya sepuasnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan saran untuk mengambil posisi yang lebih rendah. Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menasehatkan,

إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ قَائِمٌ فَلْيَجْلِسْ، فَإِنْ ذَهَبَ عَنْهُ الْغَضَبُ وَإِلَّا فَلْيَضْطَجِعْ

Apabila kalian marah, dan dia dalam posisi berdiri, hendaknya dia duduk. Karena dengan itu marahnya bisa hilang. Jika belum juga hilang, hendak dia mengambil posisi tidur. (HR. Ahmad 21348, Abu Daud 4782 dan perawinya dinilai shahih oleh Syuaib Al-Arnauth).

Keempat, Saat hendak marah, ingatlah hadist berikut ;

Dari Muadz bin Anas Al-Juhani radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ كَظَمَ غَيْظاً وَهُوَ قادرٌ على أنْ يُنفذهُ دعاهُ اللَّهُ سبحانهُ وتعالى على رءوس الخَلائِقِ يَوْمَ القيامةِ حتَّى يُخيرهُ مِنَ الحورِ العين ما شاءَ

“Siapa yang berusaha menahan amarahnya, padahal dia mampu meluapkannya, maka dia akan Allah panggil di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat, sampai Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang dia kehendaki. (HR. Abu Daud, Turmudzi, dan dihasankan Al-Albani)

Kelima, Berwudhu atau Mandi

Padamkan emosi dengan air yang dingin. Terapi ini dilakukan hanya dalam rangka meredam panasnya emosi dan marah. Dari Urwah As-Sa’di, Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya marah itu dari setan, dan setan diciptakan dari api, dan api bisa dipadamkan dengan air. Apabila kalian marah, hendaknya dia berwudhu.” (HR. Ahmad dan Abu Daud).

يشير هذا الحديث إلى حقيقة طبية معروفة ، فالماء البارد يهدئ من فورة الدم الناشئة عن الانفعال ، كما يساعد على تخفيف حالة التوتر العضلي والعصبي ، ولذلك كان الاستحمام يستخدم في الماضي في العلاج النفسي

Hadis ini mengisyaratkan rahasia dalam ilmu kedokteran. Air yang dingin, bisa menurunkan darah bergejolak yang muncul ketika emosi. Sebagaimana ini bisa digunakan untuk menurunkan tensi darah tinggi. Karena itulah, di masa silam, terapi mandi digunakan untuk terapi psikologi. (Hadis Nabawi wa Ilmu An-Nafs, hlm. 122. dinukil dari Fatwa islam, no. 133861)

Tulisan ini diikutsertakan dalam 30 Days Writing Challenge Sahabat Hosting