كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.” (QS. Ali Imran: 185)
Kata perkatanya sudah sangat jelas dan sebenarnya kamipun sudah paham dan sangat meyakininya. Akan tetapi terkadang selalu gagal untuk menerimanya jika terjadi pada orang-orang terkasih.
Dan beberapa waktu lalu, aku sendiri merasakannya. Ibuku tercinta meninggalkan kami untuk selamanya, tanpa sakit pun tiada pertanda, seperti doa yang selalu Ia panjatkan yaitu jika sudah waktunya dipanggil Sang Pencipta, ia tidak ingin sakit karena tidak ingin menyusahkan dan merepotkan keluarga mengurusnya, begitu katanya.
Aku dan keluarga merasa sangat bersedih karena bagi kami, ibu adalah segalanya. Ia dengan seluruh perhatiannya termasuk hal-hal kecilnya pada anak dan cucu serta semua keluarga, tapi ia selalu merasa sungkan menerima perhatian dari anak-anaknya. Misalnya ketika aku belikan jilbab, maka di lain hari ia akan sibuk memilih jilbab dan membelinya lalu memberikan padaku dengan alasan jilbab itu cantik buat aku pakai. Ibu memang tidak pernah meminta atau mengharapkan pemberian anak-anaknya justru sebaliknya, ibulah yang selalu berpikir memberi untuk anak-anaknya juga orang lain.
Bagiku, ibu seperti keramat yang benar-benar harus aku jaga perasaannya, walaupun aku belum mampu membahagiakannya, setidaknya aku menghindari untuk melukai perasaannya. Aku takut dengan kecewanya apalagi marahnya, aku takut dengan sedihnya apalagi dengan murkanya. Aku yakin keramat yang kusebut ibu adalah perantara super yang memudahkan setiap ingin yang diijabah. Tak pernah ada sedikitpun ragu meminta doanya. Ibu adalah orang yang pertama dan tidak pernah lelah berdoa untuk anak-anaknya. Dan keramatku kini telah Berpulang.
Ketika kami masih kecil dan bersekolah, ia akan duduk lama di atas sejadahnya dan merapalkan doa tulusnya saat kami yang sedang menghadapi ujian sekolah atau ujian lainnya. Dan saat anak-anaknya sudah dewasa, ibu tetap setia melantunkan doanya untuk keberhasilan para cucu dalam urusan pendidikan. Yang paling utama menjadi perhatiannya yaitu pendidikan agama untuk anak-anaknya hingga berlanjut mengingatkan pendidikan agama untuk cucu-cucunya.
Ibu selalu senang bercerita. Ia menceritakan berbagai hal yang dialaminya, terutama ketika ia bersama jemaahnya. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari cerita-ceritanya, terkadang ia mengingatkan pesan hikmah tentang suatu masalah. Selalu ada hal yang diajarkan untuk didawamkan dan diamalkan.
Ibu beberapa kali berkesempatan menunaikan ibadah haji juga umroh sebagai pembimbing. Mata ibu selalu berbinar saat menceritakan pengalamannya dalam setiap keberangkatannya. Menurutnya ia semangat bercerita karena ingin anak cucunya kelak semua bisa beribadah umroh dan berhaji.Aamiin… Insyaallah…semoga suatu hari Allah kabulkan doa-doa yang selalu ibu ucapkan.
Aku sering berbohong padamu ibu…maafkan. Aku berbohong sewaktu berangkat tugas ke luar kota, aku tidak berpamitan karena aku tidak tega membuatmu risau bahkan terkadang berlinang air mata karena kekhawatiranmu. Aku tidak suka melihatmu menangis, aku tidak suka melihatmu bersedih, dan sekarang aku rindukan itu. Aku rindu, ibu melepas kepergianku atau kadang menyambut kedatanganku dengan berlinang air mata. Dan biasanya ketika aku bepergian, oleh-oleh untuk ibu yang pertama dicarikan.
Sejujurnya aku belum siap dengan perpisahan ini karena aku belum puas bersama. Belum ada kebahagiaan dan kebanggaan yang aku persembahkan untukmu.Andai….andai….andai….
Ah..Ibu..mengantarmu ke peristirahatan terakhirmu belum pernah terlintas di pikiranku. Tapi aku ikhlas…kami ikhlas ibu..karena melihat sunggingan senyum di wajahmu, sementara banyak orang yang mengantarkanmu sambil menangis. Berharap itu pertanda engkau telah bahagia bertemu pemilikmu dan menuju surgaNya. Semoga Husnul Khotimah. Semoga amal ibadahmu diterima Nya dan semoga ilmu-ilmu yang pernah disampaikan kepada siapapun menjadi amal jariyahmu. Semoga untaian doa kami anak cucu mu tersampaikan.
“Allahumma firlaha warhamha wa`afiha wa`fu`anha” – “Ya Allah, ampunilah dosanya, berilah rahmatMu ke atasnya, sejahtera dan maafkanlah ia”
Kepergiaanmu 27 Mei 2019 terasa menyedihkan, Ramadan dan Syawal 1440H terasa berat karena kepergianmu. Dan aku tetap berharap bertemu Ramadan tahun depan untuk mendapatkan ridho Nya, walau aku pastikan semua akan terasa berbeda.
Selamat jalan ibu….selamat jalan nyai….kami selalu merindumu…