Setiap bulan Agustus, kota kelahiranku, kota Palembang memiliki tradisi unik menyambut perayaan Hari Kemerdekaan RI 17 Agustus. Sebuah tradisi yang ditandai dengan bermunculan pedagang iyang menjajakan “Telok Abang”. Atau telur Merah. (Telok =Telur, Abang=Merah).
Sebenarnya hanya telur biasa yang direbut dan diberi pewarna merah. Telur Merah ini kemudian ditancapkan pada mainan yang terbuat dari gabus, berbentuk replikas pesawat terbang, kapal, mobil, tank, kereta dan lainnya lalu dihiasi kertas dan cat warna-warni yang ditambahkan untuk membuatnya makin menarik.
Setiap menjelang peringatan hari Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus, banyak pedagang Telok Abang bermunculan di setiap sudut Kota Palembang, pusat keramaian dan tepi jalan raya, seolah menjadi ikon penanda momen Agustusan telah tiba.
Kisaran harga yang ditawarkan juga berbeda, Rata-rata mainan ini dijual berkisar antara Rp. 10.000 hingga Rp. 50.000, tergantung kerumitan pengerjaannya dan ukuran replika yang ditawarkan, begitu menurut Ahmad, salah seorang pengrajin sekaligus pedagang Telok. Abang.
Konon, mainan ini sudah ada sejak sebelum kemerdekaan sekitar tahun 1930-an. Mainan ini sering muncul di pasar malam yang digelar di pinggiran sungai Musi (sekarang menjadi plaza Benteng Kuno Besak). Sebelum kemerdekaan Telok Abang digunakan untuk merayakan ulang tahun, Cap Go Meh, atau hari-hari besar lainnya. Setelah proklamasi tradisi ini diteruskan, dengan menambahkan hiasan bendera merah putih.
Tidak ada rasa yang special dari Telok Abang, sama seperti telur rebus biasanya. Tapi entah kenapa, dulu para orang tua sangat senang dan antusias membelikan telok abang untuk anak-anak di Rumah, dan anak-anak juga gembira dan suka dengan replika yang dibawakan orang tuanya.
Sekarang, antusias dan kemeriahan Telok Abang, tidak seperti dulu, perlahan mulai memudar tergerus zaman. Tradisi yang seharusnya dilestarikan, agar anak cucu kelak tetap mengetahui tradisi daerahnya.
Foto : From Google.com